Pentingnya Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
akademis bukan satu-satunya jalan seseorang untuk dapat menuju keberhasilan.
Kemampuan secara akademik, nilai rapor, predikat, kelulusan pendidikan tinggi
tidak bisa menjadi tolak ukur seberapa baik prestasi seseorang. Kecerdasan
emosi menuntut kepekaan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan
pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara
efektif energy emosi dalam kehidupan sehari-hari.
AL Qorni dalam Tahzan (2005 : 74) mengungkapkan bahwa : Barang yang
mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan
juga yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan
iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan
dan kenikmatan di karenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu.
Goleman (2005
: 24) menyatakan bahwa : “Untuk mencapai kesuksesan, IQ bukanlah merupakan hal
yang utama. Manusia memiliki banyak kecerdasan lain yang jauh lebih penting,
yaitu : 1) kecerdasan phisik, 2) kecerdasan intelektual, 3) kecerdasan sosial,
4) kecerdasan emosional, 5) kecerdasan intelektual”. Stenberg dalam Ginanjar
(2006 : 38) menyatakan bahwa : “Bila IQ berkuasa, ini karena kita membiarkan
berbuat demikian. Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memilih
penguasa yang buruk.”
Dari beberapa
hasil penelitian telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emisi memiliki peran
yang sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan otak barulah merupakan syarat minimal untuk meraih
keberhasilan, kecerdasan emosional lah yang sesungguhnya menghantarkan orang
menuju puncak prestasi. Terbukti banyak orang yang memiliki kecerdasan
intelektual yang tinggi, tetapi terpuruk ditengah persaingan dikarenakan tidak
memiliki kemampuan untuk bertahan menghadapi rintangan dan cobaan yang datang
setiap saat.
Kecerdasan
intelektual IQ itu perlu tetapi IQ tidak dapat bekerja tanpa diiringi
oleh EQ(Emosional Quotion). Hal ini
pula yang dikemukakan oleh Goleman (2005 : 44) bahwa : “Yang paling cerdas
diantar kita dapat terperosok kedalam nafsu yang tidak terkendali dan dalam
influs yang meledak-ledak karena IQ
menyumbang kira-kira 20% sebagai faktor penentu kesuksesan hidup dan yang 80%
lagi diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.”
2.10 Komponen Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
Intelegen(IQ) dan Kecerdasan
Emosional (EQ) bukanlah
komponen-komponen yang saling bertentangan melainkan keterampilan yang saling
terpisah, namun keduanya juga berintegrasi secara dinamis. Craig.J.A (2005 :
134) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman
bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam hidup, yaitu :
1.
Kesadaran
Diri
a. Mengenal
dan merasakan emosi sendiri
b. Memahami
penyebab perasaan yang timbul
c. Mengenal
pengaruh perasaan terhadap tindakan.
2.
Mengelola
Emosi
a. Mengelola
dengan baik perasaan dan emosi-emosi
yang menekan
b. Tetap
teguh dan tidak goyah bahkan dalam situasi berat
c. Dapat
berpikir jernih dan tetap berfokus walau dalam situasi tertekan.
3.
Memotivasi
Diri Sendiri
a. Optimis
b. Mempunyai
pandangan positif tentang diri, sekolah dan keluarga
c. Memilki
kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stress)
4.
Mengenali
Emosi Orang Lain
a. Mampu
menerima sudut pandang orang lain
b. Memiliki
sifat empati terhadap orang lain
c. Mampu
mendengarkan orang lain
5.
Membina
Hubungan
a. Memiliki
kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lain
b. Dapat
menyelesaikan konflik dengan orang lain
c. Memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
Perkembangan Kecerdasan
Emosional
EQ dapat
dikendalikan dan dikembangkan. Pengembangan kecerdasan emosional gaya Steiner
(dalam Ngermanto, 2007 : 100), ada tiga cara yaitu :
a. Membuka
hati
b. Menjelajahi
daratan emosi
c. Mengambil
tanggung jawab
Pertama kita
harus dapat merasakan keadaan perasaan kita dan mengakui saat perasaan itu
tidak stabil dengan ditandai adanya perubahan pada diri, seperti selalu sedih,
malas melakukan aktivitas dan lain sebagainya.
Setelah
membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam
kehidupan. Kita dapat berlatih untuk mengetahui perasaan kita, paham hambatan
dan aliran emosi kita, mengetahui emosi orang lain dan perasaan yang
dipengaruhi tindakan-tindakan kita. Tahapan menjelajahi emosi adalah kenyataan
tindakan/perasaan, menanggapi percikan intuisi dan validasi percikan intuisi.
Setiap orang
harus mengerti permasalahan, mengakui kesalahan dan keteledoran yang terjadi,
membuatkan perbaikan dan memutuskan bagaimana merubah segala sesuatu. Langkah –
langkah mengambil tanggung jawab adalah mengakui kesalahan, menerima atau
menolak pengakuan, meminta maaf dan menerima atau menolak permintaan maaf.
Upaya pengembangan kecerdasan emosional, pada intinya adalah bagaimana memahami
dan mengelola emosi diri dan orang lain.
No comments:
Post a Comment