Sunday, 22 March 2015

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan
(3) Interpretasi Aturan Etika.

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.

Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PRINSIP ETlKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONES
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi
Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Prolesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
01. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
Prinsip Kedua – Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
01. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
02. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
03. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
06. Tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya:
  • auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal;
  • eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi;
  • auditor intern memberikan keyakinan ten tang sistem pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar.
  • ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil dari sistem pajak; dan
  • konsultan manajemen mempunyai tanggung-jawab terhadap kepentingan umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.
Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
03. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
04. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional.
Prinsip Keempat – Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
01. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:
a. a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
b. b. Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.
c. c.Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
d. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
01. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, derni kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab profesi kepada publik.
02. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya mernilki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung-jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:
a. Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
  • Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui kornitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
  • Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
  • Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
03. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung-jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung-jawab yang harus dipenuhinya.
04. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.
05. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung-jawabnya.
Prinsip Keenam – Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya
01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
02. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.
03. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
04. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi terse but untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia ten tang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan standar profesional.
06. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
07. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah:
  • untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan
  • untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
c. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan:
  • untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
  • untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang pengadilan;
  • untuk menaati peneleahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau badan profesionallainnya;.dan . untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur.

Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi:
01. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi hams dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
Prinsip Kedelapan – Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
01. Standar teknis dan standar profesional yang hams ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.


ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE PERBANDINGAN DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalh ini yang berjudul: “Analisis Laporan Keuangan dengan Metode Perbandingan Di Perusahaan Manufaktur”
 Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai pihak lain untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas serta makalah berikutnya.
Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan dengan metode perbandingan di perusahaan manufaktur, berharap dapat berguna dikemudian hari.
                                                                            Pematangsianta, 09 Januari 2015

                                                                                        Penyusun








 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas penting manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun. Sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang diyakini kewajarannya. Kewajaran laporan keuangan diketahui dari hasil pemeriksaan akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Hasil laporan akuntan biasanya menyajikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan tersebut.
Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, arus kas (dana). Jika analisis laporan keuangan merupakan upaya mencari hubungan antara berbagai kas yang ada dalam laporan keuangan perusahaan, maka dalam kegiatan ini kita perlu mengetahui teknik atau  metodenya. Teknik dan metode ini sebenarnya secara tradisional sudah implicit dalam proses akuntansi. Maka sebenarnya dengan menguasai benar proses akuntansi secara otomatis, kita sudah mengetahui teknik tradisional dalam menganalisis laporan keuangan. Namun dalam analisis laporan keuangan kita dapat mempelajari teknik yang lebih canggih dari teknik tradisional.
Dalam makalah ini kami mengambil dua perusahaan besar (PT. Unilever tbk dan PT.Indofood CBP Sumber Makmur tbk) sebagai bentuk pertimbangan atas laporan keuangan dan dapat memberikan informasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan perusahaan khususnya manufaktur di Indonesia.
1.2  Rumusan Masalah
1)    Apa itu analisis laporan keuangan?
2)    Apakah terdapat tujuan mendasar dari analisis laporan keuangan?
3)    Bagaimana cara menganalisis laporan keuangan?
4)    Apa itu analisis laporan keuangan dengan metode perbandingan dan bagaimana cara menganalisisnya?
1.3  Tujuan
1.    Dapat menjelaskan pentingnya analisis laporan keuangan dengan metode analisis perbandingan;
2.    Untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam mengelola bisnis;
3.    Dapat mengetahui kesalahan dalam laporan keuangan;
4.    Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan-perusahaan manufaktur;
1.4  Manfaat
Bagi pembaca
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan gambaran bagi penulisan makalah selanjutnya yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan khususnya metode analisis perbandingan.
Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan mengenai analisis laporan keuangan, agar mahir dalam menganalisa laporan keuangan.


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan terdiri dari dua kata yaitu Analisis dan Laporan Keuangan. Untuk mejelaskan pengertian kata ini, kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Dana). Kalau kedua pengertian ini digabungkan, analisis laporan keuangan berarti:
“menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” .Sofyan Syafri Harahap (2011:227)
Pengertian lain tentang Analisis Laporan Keuangan ini diberikan oleh penulis lain di bawah ini:
Menurut Bernstein (1983:3)
“Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan ituukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”.
Foster (1986:58) mengemukakan pengertian analisis laporan keuangan sebagai berikut:
“mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu.”
Helfert (1982): dalam kata pendahuluannya, walaupun tidak merupakan definisi eksplisit tetapi terkandung makna bahwa Analisis Laporan keuangan: “merupakan alat yang digunakan dalam memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan”. Helfert dalam bukunya ini menekankan bahwa analisis laporan keuangan pada arus dana dalam suatu sistem bisnis. Dari gambaran arus dana ini dia melihat prestasi perusahaan, proyeksi, optimalisasi modal, dan sumber dana perusahaan.
2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
“Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.    Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.    Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3.    Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.    Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannyadengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.    Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di laporan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
6.    Dapat emberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:
a)    Dapat menilai prestasi perusahaan.
b)    Dapat memproyeksi laporan keuangan.
c)    Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:
-        Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal).
-        Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya).
-        Likuiditas
-        Solvabilitas
-        Aktivitas
-        Rentabilitas atau profitabilitas
-        Indicator Pasar Modal
d)    Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
e)    Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
1.    Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
2.    Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industry normal atau standar ideal.
3.    Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialamai perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
4.    Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.” Sofyan Syafrii Harahap (2011:195)
Dari sudut lain tujuan analisis Laporan keuangan menurut Bernstein (1983)adalah sebagai berikut:
1)    Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis lapran keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
2)    Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
3)    Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain.
4)    Evaluation
Analisis dimaksudkan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan lain-lain.
Ada beberapa tujuan dan manfaat menurut Kasmir (2012:68) bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1.    Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;
2.    Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan;
3.    Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4.    Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;
5.    Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
6.    Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.3 Bentuk-Bentuk Dan Teknik Analisis
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya.
Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah-langkah atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukan agar urutan proses analisis mudah untuk dilakukan.
Adapun langkah atau prosedur yang dilakukan dalama analisis keuangan adalah:
1.    Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode;
2.    Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digubakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benara tepat;
3.    Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angkayang ada dalam laporan keuangan secara cermat;
4.    Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat;
5.    Membuat tentang posisi keuangan perusahaan;
6.    Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisa tersebut;
Dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut:
1.    1.    Analisa Vertikal
Analisa vertikal merupakan analisa yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak dikuetahui perkembangan dari period eke periode tidak diketahui.
1.    2.    Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode-periode yang lain.
Kemudian disamping meode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Analisis perbandingan antara laporan keuangan;
2.    Analisis trend;
3.    Analisis persentase perkomponen;
4.    Analisis sumber dan penggunaan dana;
5.    Analisis sumber dan penggunaan kas;
6.    Analisis rasio;
7.    Analisis kredit;
8.    Analisis laba kotor;
9.    Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point).
2.4 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Kelemahan analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2011: 203) dijelaskan sebagai berikut:
1.    Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2.    Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industry, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.
3.    Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4.    Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya:
A.    Prinsip Akuntansi;
B.    Ukuran Perusahaan;
C.    Jenis Industri;
D.   Periode Laporan;
E.    Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi;
F.    Jenis perusahaan aspek profit mitive atau non profit motive.
G.   Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.
2.5 Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Sofyan Syafri Harahap (2011:227)
Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Perbandingan dapat juga dilakukan antara laporan yang sudah dikonversikan ke angka indeks atau laporan bentuk common size bentuk awam. Malah metode ini lebih mudah dan lebih sederhana menafsirkannya disbanding laporan aslinya.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rat industry, dan rasio normatife sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
1.    Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal), misalnya laporan keuangan tahun 2010, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2011.
2.    Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3.    Perbandingan dengan angka-angka standar industry yang berlaku (Industrial Norm). di Indonesia standar ini belum ada, tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standard & Poor dan lain-lain.
4.    Perbandingan dengan budget (anggaran).
5.    Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
Dalam upaya perbandingan ini kita harus memiliki standar sebagai ukuran lain yang dijadikan untuk membandingkan laporan yang kita miliki. Tanpa standar pembanding itu kita tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai.
Dalam melakukan perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
1.    Standar penyusunan laporan keuangan harus sama.
2.    Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan bukan berarti harus sama.
3.    Periode laporan yang dibandingkan harus sama khususnya untuk laporan laba rugi dan komponennya. Jangan sampai laporan Laba/Rugi satu tahun dibandingkan dengan laporan Laba/Rugi satu semester.
2.6  Sekilas Profil Perusahaan
v  PT Unilever Indonesia tbk
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia yang berdiri pada 5 Desember 1933. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk Home & Personal Care serta Foods & Ice Cream ditandai dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia, antara lain Wall’s, Lifebuoy, Vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s, Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona, Clear, dan lain-lain.
v  PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”) merupakan produsen makanan dalam kemasan yang mapan dan terkemuka dengan berbagai pilihan produk makanan sehari–hari bagi konsumen disegala usia. Banyak di antara merek produknya merupakan merek terkemuka yang telah melekat di hati masyarakat Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen di Indonesia selama bertahun–tahun.
ICBP berdiri sebagai entitas terpisah di bulan September 2009 serta tercatat di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) pada tanggal 7 Oktober 2010. ICBP didirikan melalui restrukturisasi internal dari Grup Produk Konsumen Bermerek (“CBP”) PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Indofood”), perusahaan induk ICBP yang sahamnya tercatat di BEI sejak tahun 1994. Melalui proses restrukturisasi internal, seluruh kegiatan usaha Grup CBP dari Indofood, yang meliputi mi instan, dairy, penyedap makanan, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, serta biskuit (sebelumnya tergabung dalam Grup Bogasari), dialihkan ke ICBP.
Setelah pencatatan saham ICBP, Indofood tetap menjadi pemegang saham mayoritas ICBP dengan kepemilikan saham sekitar 80%. Oleh karenanya, ICBP tetap memiliki sinergi dengan perusahaan–perusahaan Grup Indofood lainnya dalam menjaga keunggulan kompetitifnya.
2.7  Ikhtisar Data Keuangan Penting dan Ikhtisar Saham
v  Unilever Indonesia Tbk
Tabel dibawah ini adalah ikhtisar data keuangan penting dari perseroan untuk lima tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 dikutip dari laporan keuangan berdasarkan konsolidasian perseroan yang diaudit.
 df



dff
cats-crop

 cats-crhop
catsf-crop







2.8  Analisis Perbandingan (Neraca, Laba Rugi, dan Arus Kas)
2.8.1  Unilever IndonesiaTbk
PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
31 Desember 2011 dan 2010
(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011
2010
Selisih
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas
336143
317759
^ 18384
Piutang Usaha
Pihak Ketiga
1877699
1445450
^ 432249
Pihak Berelasi
198384
122088
^ 76296
Utang muka dan piutang lain-lain
Pihak Ketiga
107249
182773
v 75524
Pihak Berelasi
4948
2322
^ 2626
Persediaan
1812821
1574060
^ 238761
Pajak dibayar dimuka
48127
51533
v 3406
Beban dibayar dimuka
60848
52145
^ 8703
Jumlah Aset Lancar
4446219
3748130
Aset Tidak Lancar
Aset Tetap
5314311
4148778
^ 1165533
Good Will
61925
61925
Aset tak berwujud
584152
646356
v 62204
Beban pensiun dibayar dimuka
45696
v 45696
Aset lain-lain
75705
50377
^25328
Jumlah Aset Tidak Lancar
6036093
4953132
Jumlah Aset

10482312
8701262
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pinjaman jangak pendek
699160
190000
^ 509160
Utang usaha
Pihak Ketiga
2158530
1612672
^ 545858
Pihak Berelasi
451630
208778
^ 242852
Utang pajak
451630
208921
^ 71809
Akrual
2158530
1612672
^ 747429
Utang lain-lain
Pihak Ketiga
447175
555057
v 107882
Pihak Berelasi
232966
171538
^ 61428
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
6474594
4402940
Liabilitas Jangka Panjang       Liabilitas pajak tangguhan
70930
49939
^ 20991 Kewajiban imbalan kerja
255851
199530
^ 56321 Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
326781
249469
 Jumlah Liabilitas     
6801375
4652409
 EKUITAS        Modal Saham
76300
76300
  (Modal dasar, seluruhnya ditempatkan dan disetor    penuh: 7.630.000.000 lembar saham biasa dengan    nilai nominal Rp 10 (nilai penuh) perlembar saham)    Agio Saham
15227
15227
  Selisih nilai transaksi restrukturisasi      entitas sepengendali
80773
80773
  Saldo laba yang dicadangkan
15260
15260
  Saldo laba yang belum dicadangkan
3489008
3857859
v 368851 Ekuitas pemilik yang didistribusikan kepada     pemilik entitas induk
3676568
4045419
v 368851 Kepentingan non pengendali
4369
3434
^ 935Jumlah Ekuitas    
3680937
4048853
v 367916Jumlah Liabilitas dan Ekuitas   
10482312
8701262
^ 1781050

PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2011 dan 2010
(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011
2010
Selisih
Penjualan Bersih




23469218
19690239
^ 3778979
Harga Pokok Penjualan
(11462805)
(9485274)
^ 1977531
Laba Bruto
12006513
10204965
^ 1801448
Beban Pemasaran dan Penjualan
(5243477)
(4523283)
^ 720194
Beban umum dan administrasi
(1307526)
(1139057)
^ 168469
Keuntungan pelepasan aset tetap
769
318
^ 451
Keuntungan pelepasan aset tak berwujud
112762
^ 112762
Kerugian selisih kurs, bersih
(831)
(10768)
v 9937
Penghasilan bunga
33189
36395
v 3206
Beban bunga
(26500)
(22803)
^ 3697
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
5574799
4545767
^ 1029032
Beban Pajak Penghasilan
1410495
1161119
^ 249376
Laba Tahun Berjalan
4164304
3384648
^ 779656
Pendapatan/Beban komprehensif lain setelah pajak
Jumlah Pendapatan Komprehensif Tahun Berjalan
4164304
3384648
^ 779656
Laba/Jumlah pendapatan yang dapat diatribusikan kepada :
Pemilik entitas induk
4163369
3386970
^ 776399
Kepentingan non pengendali
935
(2322)
^ 3257
4164340
3384648
Laba per saham
546
444
^ 102
(dinyatakan dalam nilai penuh rupiah persaham)

PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak
Laporan Arus Kas Konsolidasian
Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2011 dan 2010
(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011
2010
Selisih
Arus Kas dari Aktivitas Operasi







Penerimaan dari pelanggan

25200151
21263743
^ 3936408

Pembayaran kepada pemasok

(16842494)
(14903716)
^ 1938778
Pembayaran remunerasi direksi dan karyawan
(834310)
(849176)
v 14866
Pembayaran imbalan kerja
(20076)
(26642)
v 6566
Pembayaran untuk beban jasa dan royalti
(740521)
(643432)
^ 97089
Kas yang dihasilkan dari operasi
6762750
4840777
^ 1921973
Penerimaan dari pendapatan bunga
26701
37145
v 10444
Pembayaran bunga
(26500)
(29927)
v 3427
Pelunasan pinjaman karyawan
3398
4127
v 729
Pembayaran pajak penghasilan badan
(1304473)
(1232933)
^ 71540
Arus Kas bersih yang diperoleh dari Aktivitas Operasi
5461876
3619189
^ 1842687




Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Pembelian aset tetap
(1600786)
(1238520)
^ 362266
Pembelian aset tak berwujud
(91438)
(73872)
^ 17566

Hasil penjualan aset tetap
83407
2368
^ 81039
Hasil penjualan aset tak berwujud
175679
^ 175679
Arus Kas bersih digunakan untuk Aktivitas Investasi
(1433138)
(1310024)
^ 123114
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan




Penerimaan pinjaman jangka pendek
699160
190000
^ 509160

Pembayaran pinjaman jangka pendek
(190000)
^ 190000
Pembayaran deviden kepada pemegang saham
(4519907)
(3037461)
^ 1482446
Arus Kas bersih yang digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
(4010747)
(2847461)
^ 1163286


Kenaikan/(penurunan) bersih kas dan setara kas
17991
(538296)




Dampak perubahan kurs terhadap kas dan setara kas
393
(2267)
Kas dan setara kas pada awal tahun
317759
858322
Kas dan setara kas pada akhir tahun
336143
317759
ANALISIS
v  Kas dan setara kas
Kas dan setara kas naik Rp. 18.384.000.000 dari tahun 2010 sebesar Rp. 317.759.000.000 ke tahun 2011 sebesar Rp. 336.143.000.000, disebabkan karena tingkat penjualan meningkat.
v  Piutang Usaha
Piutang usaha ini meningkat mengikuti petumbuhan penjualan. Piutang usaha ini terdiri dari piutang kepada pihak ketiga dan kepada pihak yang berelasi.
v  Uang muka dan piutang lain-lain
Pada pos ini sebagian besar berasal dari sewa gudang Mega Distribution Centre (MCD) Cikarang, yang diperuntukan untuk tempat menyimpan barang jadi sebelum didistibusikan ke distributor.
v  Persediaan
Persediaan ini meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar Rp. 238.761.000.000, yang didalamnya termasuk peningkatan penyisihan produk tidak laris dan asuransi bencana pada setiap lokasi persediaan.
v  Pajak dibayar dimuka
Penurunan pajak dibayar dimuka ini disebabkan oleh penerimaan pembayaran lebih pajak entitas anak sebesar Rp. 5 Milyar
v  Beban dibayar dimuka
Beban dibayar dimuka naik sebesar Rp. 8.703.000.000 dari tahun 2010 sebesar Rp. 52.145.000.00 ke tahun 2011 sebesar Rp. 60.848.000.000.
v  Aset tetap
Kenaikan asset tetap sebesar Rp. 1.165.533.000.000 ini dikarenakan adanya pembelian aset tetap baru sebesar Rp. 1.600.786.000.000
v  Good Will
Good will tidak mengalami perubahan karena pada tahun 2011 sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010) good will tidak lagi diamortisasi.
v  Aset tak berwujud
Aset tak berwujud ini berupa merek dagang dan lisensi perangkat lunak. Perubahan aset tak berwujud pada tahun 2011 adalah disebabkan adanya biaya lisensi SAP, pelepasan merek dagang Taro pada nilai buku bersih 62,9 Milyar, serta penghapus bukuan salah satu lisensi perangkat lunak dengan nilai buku bersih 8,4 Milyar.
v  Beban pensiun dibayar dimuka
Pada tahun 2011 tidak ada aktivitas ini.
v  Aset lain-lain
Kenaikan aset lain-lain ini disebabkan terutama oleh adanya peningkatan uang jaminan jangka panjang serta sewa dibayar dimuka jangka panjang.
v  Pinjaman jangka pendek
Pinjaman jangka pendek meningkat disebabkan adanya pinjaman jangka pendek yang baru sebesar Rp. 699.160.000.000.
v  Utang usaha
Utang usaha meningkat  baik kepada pihak yang ketiga sebesar Rp. 545.858.000.000 juga kepada pihak yang berelasi sebesar Rp. 71.809.000.000
v  Utang Pajak
Utang pajak meningkat pada tahun 2011 karena adanya pajak yang di tangguhkan pembayarannya.
v  Utang lain-lain
Utang lain-lain meningkat baik kepada pihak ketiga sebesar Rp. 107.882.000.000 dan kepada pihak yang berelasi sebesar Rp. 61.428.000.000.
v  Liabilitas pajak tangguhan
Meningkat disebabkan adanya pempayaran pajak yang ditangguhkan.
v  Kewajiban imbalan kerja
Kewajiban imbalan kerja meningkat akibat adanya perubahan asumsi pada perhitungan kewajiban imbalan pension.
v  Ekuitas
Ekuitas mengalami penurunan sebesar 368 Milyar dari sebelumnya 4,1 Triliun pada tahun 2010 menjadi  3,7 Triliun pada tahun 2011, dikarenakan adanya kenaikan pembayaran deviden  interim kepada para pemegang saham.
v  Penjualan Bersih
Penjualan bersih meningkat dari sebelumnya 1,9 Triliun pada tahun 2010 menjadi 2,3 Triliun pada tahun 2011, dikarenakan kenaikan jumlah penjualan produk foods & beverages  sebesar 25,7 % dan produk home&personal care 17,0 %
v  Harga Pokok Penjualan
HPP ini tentunya akan mengikuti peningkatan penjualan bersih.
v  Laba
Laba ini meningkat sejalan dengan tingkat penjualan bersih yang naik sebesar 3,7 Triliun.
v  Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi ini meningkat 1,8 Triliun diakibatkan adanya kenaikan penerimaan dari pelanggan sebesar 3,9 Triliun. Arus kas keluar disebabkan kenaikan pembayaran kepada pemasok sebesar 1,9 Triliun.
v  Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi meningkat dikarenakan adanya pembelian aset tetap 362 Milyar dan adanya pelepasan brand dan aset tetap Taro.
v  Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan meningkat dikarenakan adanya peningkatan pembayaran deviden kepada para pemegang saham 1,4 Triliun.
2.8.2      Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2011
2010
Selisih
ASET








Aset Lancar


Kas dan setara kas

4420644
3407687
^ 1012957
Investasi jangka pendek
17280
19360
v 2080
Piutang usaha
Pihak ketiga
638191
488044
^150147
Pihak berelasi
1622138
1466055
^156083
Piutang bukan usaha
Pihak ketiga
64845
34625
^30220
Pihak berelasi
53228
37525
^15703
Persediaan-neto
1629883
1422466
^207417

Uang muka dan jaminan
114452
116954
v 2502

Pajak dibayar dimuka
210
28
^ 182

Biaya dibayar dimuka
19440
25091
v 5651
Total Aset Lancar

8580311
7017835
^ 1562476
Aset Tidak Lancar

Aset pajak tangguhan
110168
96790
^22378
Penyertaan jangka panjang
83201
8948
^74253

Aset tetap
2590036
2304588
^285448
Beban yang ditangguhkan
57960
40596
^17364

Good will

1424030
1424030
Aset tidak berwujud
2198433
2331671
v133238

Aset tidak berwujud lainnya
169718
136855
^32863
Total Aset Tidak Lancar

6642546
6343478
^299068
TOTAL ASET
15222857
13361313
^1861544


LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek



Utang bank jangka pendek dan cerukan
417851
405362
^12489
Utang trust receipts
210744
94863
^115881

Utang usaha
Pihak ketiga
966691
807382
^159309

Pihak berelasi
307376
326670
v 19294
Utang bukan usaha
Pihak ketiga
97056
102907
v 5851
Pihak berelasi
58265
73434
v15169
Beban masih harus dibayar
698077
621832
^76245

Utang pajak

226251
257411
v31160
Liabilitas proforma
Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun
Utang bank
8500
v8500
Utang pembelian aset tetap
6259
2839
^3420
Total Liabilitas Jangka Pendek

2988540
2701200
^287340
Liabilitas Jangka Panjang
Utang jangka panjang setelah dikurangi beban yang
jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
Utang bank
111932
4958
^106974
Utang pembelian aset tetap
33575
9819
^23750
Liabilitas pajak tangguhan-neto
563433
598820
v35387
Liabilitas imbalan kerja karyawan
815604
684335
^131269
Total Liabilitas Jangka Panjang

1524544
1297932
^226612
TOTAL LIABILITAS

4513084
3999132
^513952
EKUITAS
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada pemilik
Entitas Induk
Modal saham
nilai nominal Rp100 per saham
pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
(Rp1.000 pada tanggal 1 Januari 2010
31 Desember 2009)
Modal dasar
7.500.000.000 saham pada tanggal 31
Desember 2011 dan 2010
(750.000.000 saham pada tanggal
1 Januari 2010-31 Desember 2009)
Modal ditempatkan dan disetor penuh
-5830954000 pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010
(466.476.178 saham pada tanggal
1 Januari 2010 – 31 Desember 2009)
583095
583095
Agio saham
5969721
5969721
Selisih nilai transaksi restrukturisasi antara
entitas sepengendali
15748
15748
Selisih atas perubahan ekuitas entitas anak
4704
6130
v 1426
Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan
(216)
20
v 236
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya
5000
v 5000
Belum ditentukan penggunaannya
3638786
2344832
^ 1293954
Sub total
10216838
8919546
^1297292
Kepentingan nonpengendali
492935
442635
^50300
TOTAL EKUITAS
10709773
9362181
^ 1347592
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS
15222857
13361313
^ 1861544

PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASI
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2011
2010
Selisih
PENJUALAN NETO
19367115
17960120
1407035
BEBAN POKOK PENJUALAN
14335896
12976664
1359232

LABA BRUTO
5031259
4983456
47803
Beban penjualan
      dan distribusi
(1798508)
(1818705)
-20197
Beban umum
     dan administrasi
(592140)
(528268)
63872
Pendapatan operasi lain
126762
122234
4528
Beban operasi lain
(158625)
(216427)
57802
Bagian atas rugi neto entitas
0
      asosiasi
(747)
-10513
9766

0
LABA USAHA
2608001
1531777
1076224



0
Pendapatan keuangan
183453
70906
112547
Beban keuangan
(46544)
(83541)
36997
LABA SEBELUM MANFAAT/(BEBAN)
PAJAK PENGHASILAN
2744910
2519142
225768

MANFAAT/(BEBAN) PAJAK
PENGHASILAN
Kini
(736287)
(734012)
-2275
Tangguhan
57742
67099
-9357


Beban Pajak Penghasilan-Neto
(678545)
(666913)
-11632


LABA SEBELUM
PENYESUAIAN PROFORMA
2066365
1852229
214136
PENYESUAIAN PROFORMA
(24320)
24320
LABA TAHUN BERJALAN
2066365
1827909
238456


Pendapatan komprehensif lain   Laba/(rugi) yang belum terealisasi        dari aset keuangan tersedia          untuk dijual
(2080)
8943
-11023
    Selisih kurs atas penjabaran laporan         keuangan Entitas Anak asing
(236)
20
-256
    Pendapatan komprehensif lain
(2316)
8963
-11279
    TOTAL LABA KOMPREHENSIF    TAHUN BERJALAN
2064049
1836875
227174

Laba tahun berjalan yang dapat

      diatribusikan kepada :


      Pemilik entitas induk
1975345
1704047
271298
      Kepentingan nonpengendali
91020
123862
-32842

Total
2066365
1827909
238456

Total laba komprehensif

      yang dapat diatribusikan

      kepada:


      Pemilik entitas induk
1973683
1710197
263486
      Kepentingan nonpengendali
90366
126675
-36309

Total
2066365
1827909
238456

LABA PER SAHAM DASAR

YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN

KEPADA PEMILIK

ENTITAS INDUK
339
344
-5

PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN ARUS KAS KOMPREHENSIF KONSOLIDASI
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2011
2010
Selisih
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan
19060925
17453973
1606952
Pembayaran kas kepada pemasok
(11996292)
(10797551)
-1198741
Pembayaran untuk beban produksi dan usaha
(2895559)
(2658272)
-237287
Pembayaran kepada karyawan
(1301679)
(1242048)
-59631
Kas yang diperoleh dari operasi
2867395
2756102
111293
Penerimaan penghasilan bunga
183453
57592
125861
Pembayaran pajak-neto
(819597)
(509750)
-309847
Pembayaran beban bunga
(42038)
(91369)
49331
Penerimaan/(pembayaran)lainnya-neto
(14786)
39467
-54253
Kas Neto yang Diperoleh dari Aktivitas INVESTASI
Penerimaan dari penjualan aset tetap
3980
5642
-1662
Penambahan aset tetap
(476807)
(352569)
-124238
Pembayaran investasi pada entitas asosiasi
(75000)
-75000
Pembayaran investasi pada entitas Tahap III
(298010)
298010
Kas Neto yang Digunakan Untuk Aktivitas Investasi
(547827)
(644937)
97110
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan dari utang bank jangka pendek
85000
38653
46347
Penerimaan dari utang bank jangka panjang
111320
111320
Pembayaran dividen kas
(676391)
(144355)
-532036
Pembayaran dividen kas oleh Entitas Anak kepada
      kepentingan nonpengendalian
(40066)
(39265)
-801
Pembayaran utang bank jangka panjang
(13458)
(36379)
22921
Pembayaran utang pembelian aset tetap
(9789)
(4020)
-5769
Pembayaran utang bank jangka pendek
(5000)
(1083203)
1078203
Penerimaan dari penawaran umum perdana saham
      neto setelah dikurangi biaya penerbitan
6086340
-6086340
Penerimaan utang pemegang saham
298010
-298010
Pembayaran utang pemegang saham
(4117254)
4117254
Kas Neto yang Diperoleh dari/   (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan
(548384)
998527
-1546911
    KENAIKAN NETO KAS   DAN SETARA KAS
1078216
2605632
-1527416


v  Aset
Total aset pada tahun 2011 meningkat hingga mencapai 15,22 Triliun, ini disebabkan adanya peningkatan kas dan setara kas, piutang dan persedian karena naiknya harga.
v  Liabilitas
Peningkatan liabilitas disini terutama disebabkan adanya kenaikan pada trust receipts yang digunakan untuk mengimpor bahan baku, serta adanya pinjaman jangka panjang kepada bank.
v  Ekuitas
Total ekuitas ini meningkat, dan sangat dipengaruhi oleh adanya peningkatan laba bersih.
v  Penjualan Neto
Penjualan meningkat di tahun 2011 dan hampir merata di seluruh divisi, Divisi MI Intan meningkat sebesar 7,5%, Divisi Dairy naik 5,9% yang terdiri dari susu kental manis, susu cair, dan eskrim, Divisi Penyedap Makanan naik 22,3% terutama untuk penjualan saus sambal dan recipe mixes, Divisi Makanan Ringan naik 19,7%, serta Divisi Nutrisi dan Makanan Khusus naik 1,1% yang didorong oleh peningkatan penjualan bubur dan biscuit bayi.
v  Laba Bruto
Laba bruto meningkat sebanding dengan peningkatan penjualan.

DAFTAR PUSTAKA
ü  Harahap, Sofyan Safri. 2011. Analisis kritis atas laporan keuangan. Jakarta: Rajawali pers.
ü  Kasmir.2012. Analisis laporan keuangan. Jakarta:Rajawali pers.