Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan
aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan
menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun
dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu
dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan
materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan
pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan
pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar
yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih pendekatan
disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para
guru antara lain pendekatan konsep dan proses, deduktif dan induktif,
ekspositori dan heuristik, pendekatan kecerdasan serta pendekatan kontekstual.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kontekstual dimana belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan
jangka panjang. Implementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahwa KTSP
2006 memberikan sinyal dalam implementasinya menggunakan strategi dengan
menekankan pada aspek kinerja siswa (Contextual Teaching and Learning).
Jadi dalam hal ini fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator dan siswa
lebih proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan
fokus kajian secara kontekstual bukan tekstual.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US. Departement of
Education The National School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard,
2001) dalam Trianto (2007:101). Pendekatan Contextual Teaching and Learning
memiliki tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme (constructivism),
inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),
penilaian (authentic assesment).
Metode yang peneliti terapkan dalam pembelajaran
adalah snowball throwing dimana metode ini menggunakan komponen utama
yang terdapat pada pendekatan kontekstual yaitu:
- Konstruktivisme
(Constructivism)
Salah satu landasan teoritik pendidikan modern
termasuk Contextual Teaching and Learning adalah teori pembelajaran
konstruktivis. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar
berlangsung dengan berbasis pada aktifitas siswa.
Pandangan konstruktivis sangat berbeda dengan
pandangan behavioris. Menurut pandangan konstruktivis siswa aktif dalam
membangun pengetahuan dan tidak hanya sekedar menerima pasif dari guru
(Sanjaya, 2008:118). Menurut Sagala (2009:88) esensi teori konstruktivisme
adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain. Dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik
mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi bukan menerima pengetahuan.
Menurut (Hudoyo, 2005:34) pembelajaran matematika
dalam pandangan konstruktivis antara lain dicirikan sebagai berikut:
- Siswa
terlibat aktif dalam pembelajarannya. Siswa belajar matematika secara
bermakna dengan bekerja dan berfikir.
- Informasi
baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata
yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi terjadi.
- Orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada
teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan
penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah
penekanan hakikat sosial dari pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa belajar
melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu
(Slavin, 2000) dalam (Trianto, 2007:107). Berdasarkan teori ini dikembangkanlah
pembelajaran kooperatif yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut
dengan temannya. Hal ini sejalan dengan ide Blanchard (2001), bahwa strategi Contextual
Teaching and Learning mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar
bersama.
Landasan berpikir kostruktivisme agak berbeda dengan
pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan: a)Menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa, b)Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, c)Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
- Inkuiri
(Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
- Siklus
inkuri terdiri dari:
1)Observasi (observation)
2)Bertanya (questioning)
3)Mengajukan dugaaan (hyphotesis)
4)Pengumpulan data (data gathering)
5)Penyimpulan (conclussion)
- Langkah-langkah
kegiatan inkuiri sebagai berikut:
1)Merumuskan masalah
2)Mengamati atau melakukan observasi
3)Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
4)Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain
- Menyusun
Pertanyaan (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula
dari bertanya. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi keingintahuan
individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang untuk
berfikir. (Trianto, 2007:110) Kegiatan menyusun atau mengajukan sebuah
pertanyaan merupakan salah satu proses berfikir kritis siswa untuk menemukan
atau menggali informasi baik secara administrasi maupun akademis, mengecek
pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru, dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan
untuk merangsang siswa dalam berdiskusi dengan siswa lain dan dapat digunakan
untuk berspekulasi dalam mencari informasi. Sedangkan manfaat pertanyaan yang
disusun siswa bagi guru adalah untuk mengetahui sejauh mana rasa ingin tahu dan
yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru dan melatih siswa berfikir kritis (Nurhadi, 2002). Dalam suatu
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan berguna untuk menggali
informasi siswa dalam penguasaan materi pelajaran, membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan
siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan memimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu (Sanjaya, 2008:120).
Dalam penyusunan pertanyaan siswa akan lebih nyaman
dengan mengidentifikasi tipe pertanyaan dan jawaban mereka dengan teman
sekelasnya, hal ini dapat kita artikan dalam kelas siswa terdapat siswa
menyusun pertanyaan dan siswa yang menyusun jawabannya.
Dalam Sanjaya (2008:162), kualitas dari pertanyaan
dapat dilihat dari 3 ranah yaitu materi (kesesuaian dengan indikator
kompetisi), konstruksi (jenis tingkatan pertanyaan) dan bahasa (komunikatif dan
tidak mempunyai tafsiran ganda). Orlich (1998) mengatakan bahwa jenis tingkat
pertanyaan (Taksonomi Bloom) dapat digunakan dalam merumuskan hasil belajar,
mengembangkan berbagai jenis pertanyaan dan latihan belajar serta
mengkonstruksikan instrumen evaluasi yang sejajar dengan hasil belajar dan
strategi yang diterapkan.
Jenis tingkat pertanyaan membagi menjadi 6 tingkat
berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu:
(1) pengetahuan: mengingat hal yang telah dipelajari,
(2) pemahaman: kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal-hal yang telah
dipelajari, (3) penerapan: kemampuan dalam menerapkan kaidah untuk menghadapi
masalah, (4) analisis: kemampuan dalam merinci satu kesatuan dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami, (5) sintesis:
kemampuan membentuk suatu pola baru dan (6) evaluasi: kemampuan dalam membentuk
pendapat tentang hal atau kriteria-kriteria dan nilai-nilai tertentu (Krulik,
2003).
Hampir pada semua aktifitas belajar, dapat menerapkan questioning
(bertanya): antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktifitas bertanya
juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui
kesulitan, dan ketika mengamati. Kegiatan tersebut akan menumbuhkan dorongan
untuk ‘bertanya’.
Berdasarkan paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa
questioning dapat meningkatkan kemampuan mengingat siswa dan kemampuan
berfikir kritis serta dapat meningkatkan hasil belajar. Pada pembelajaran
dengan penajaman ciri questioning ini siswa dituntut untuk dapat
menyusun pertanyaan tentang materi yang belum dapat dipahami yang nantinya
ditujukan kepada temannya.
No comments:
Post a Comment